Keluaran 25:1-9 | |
25:1 | Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: |
25:2 | "Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka memungut bagi-Ku persembahan khusus; dari setiap orang yang terdorong hatinya, haruslah kamu pungut persembahan khusus kepada-Ku itu. |
25:3 | Inilah persembahan khusus yang harus kamu pungut dari mereka: emas, perak, tembaga; |
25:4 | kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi, lenan halus, bulu kambing; |
25:5 | kulit domba jantan yang diwarnai merah, kulit lumba-lumba dan kayu penaga; |
25:6 | minyak untuk lampu, rempah-rempah untuk minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian, |
25:7 | permata krisopras dan permata tatahan untuk baju efod dan untuk tutup dada. |
25:8 | Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. |
25:9 | Menurut
segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai contoh Kemah Suci dan
sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah harus kamu membuatnya."
30
Baitsuci
dan Upacara-upacara
---------------
Pasal
ini dialaskan atas Keluaran 25‑40; Imamat 4 dan 16.
Perintah
telah disampaikan kepada Musa pada waktu berada di atas gunung bersama Allah,
"Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di
tengah-tengah mereka," dan petunjuk‑petunjuk yang sepenuhnya telah
diberikan untuk mendirikan baitsuci itu. Oleh kemurtadan mereka, bangsa Israel
telah kehilangan berkat dari Hadirat Ilahi, dan untuk jangka waktu yang
tertentu mustahil untuk didirikannya sebuah baitsuci bagi Allah di antara
mereka. Tetapi setelah mereka diperkenankan kembali oleh surga, maka pemimpin
besar itu menyuruh untuk melaksanakan perintah Ilahi.
Orang‑orang
yang dikaruniai Allah dengan keahlian dan hikmat telah dipilih untuk mendirikan
bangunan yang suci itu. Allah Sendiri telah memberikan kepada Musa rencana
bangunan itu, dengan petunjuk‑petunjuk yang terperinci tentang ukuran dan
bentuknya, bahan‑bahan yang harus digunakan dan setiap perkakas yang harus ada
di dalamnya. Tempat‑tempat yang suci yang dibuat oleh tangan manusia ini harus
menjadi "gambaran dari yang sebenarnya," "lambang apa yang ada
di surga," (Ibrani 9:24, 23)satu penampilan dalam bentuk kecil dari
baitsuci surga dimana Kristus, Imam Besar kita, setelah mempersembahkan hidup‑Nya
sebagai satu korban, akan melayani demi untuk orang yang berdosa. Allah
menunjukkan kepada Musa di atas gunung itu satu penglihatan akan baitsuci
surga, dan memerintahkannya untuk membuat segala sesuatunya sesuai dengan pola
yang ditunjukkan kepadanya. Segala petunjuk‑petunjuk ini dengan saksama dicatat
oleh Musa, yang kemudian telah menyampaikannya kepada pemimpin‑pemimpin bangsa
itu.
Untuk
pembangunan baitsuci itu persiapan‑persiapan yang mahal dan banyak diperlukan,
bahan‑bahan yang paling mahal dan berharga dalam jumlah yang besar harus
disediakan; namun demikian Tuhan hanya menerima persembahan sukarela.
"Dari setiap orang yang terdorong hatinya, haruslah kamu pungut
persembahan khusus kepada-Ku itu," adalah perintah Ilahi yang diulangi
oleh Musa kepada perhimpunan itu. Penyerahan kepada Allah dan satu Roh
pengorbanan adalah syarat‑syarat pertama dalam mempersiapkan satu tempat
tinggal bagi Yang Mahatinggi.
Semua
orang dengan serentak memberikan jawabnya. "Sesudah itu datanglah setiap
orang yang tergerak hatinya, setiap orang yang terdorong jiwanya, membawa
persembahan khusus kepada Tuhan untuk pekerjaan melengkapi Kemah Pertemuan dan
untuk segala ibadah di dalamnya dan untuk pakaian kudus itu. Maka datanglah
mereka, baik laki-laki maupun perempuan, setiap orang yang terdorong hatinya,
dengan membawa antinng-anting hidung, anting-anting telinga, cincin meterai dan
kerongsang, segala macam barang emas; demikian juga setiap orang yang
mempersembahkan persembahan unjukan dari emas bagi Tuhan."
"Juga
setiap orang yang mempunyai kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi, lenan
halus, bulu kambing, kulit domba jantan yang diwarnai merah dan kulit
lumba-lumba, datang membawanya. Setiap orang yang hendak mempersembahkan
persembahan khusus dari perak atau tembaga, membawa persembahan khusus yang
kepada Tuhan itu, dan setiap orang yang mempunyai kayu penaga membawanya juga
untuk segala pekerjaan mendirikan itu. Setiap perempuan yang ahli, memintal
dengan tangannya sendiri dan membawa yang dipintalnya itu, yakni kain ungu tua,
kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus. Semua perempuan yang tergerak
hatinya oleh karena ia berkeahlian, memintal bulu kambing.."
"Pemimpin-pemimpin
membawa permata krisopras dan permata tatahan untuk baju efod dan untuk tutup
dada, rempah-rempah dan minyak untuk penerangan, untuk minyak urapan dan untuk
ukupan dari wangi-wangian." Keluaran 35:21‑28.
Sementara
pembangunan baitsuci itu sedang berlangsung, orang banyak itu, tua dan
muda--laki‑laki, perempuan dan anak‑anak--tetap memberikan persembahan mereka,
sampai mereka yang mengawasi pekerjaan itu mendapati bahwa jumlah pemberian itu
sudah cukup, bahkan melebihi daripada apa yang dapat mereka gunakan. Dan Musa
menyuruh untuk mengumumkan ke seluruh perhimpunan itu, "Baik orang laki‑laki
baik orang perempuan, jangan lagi susah akan membawa persembahan tatangan
kepada tempat yang suci itu! Maka demikianlah orang banyak itu ditahani
daripada membawa akan dia lagi." Persungutan bangsa Israel dan
diturunkannya hukuman Allah oleh sebab dosa‑dosa mereka telah dicatat sebagai
satu amaran kepada generasi‑generasi mendatang. Dan pengabdian, semangat dan
kedermawanan hati mereka, adalah satu teladan yang patut untuk dicontoh. Semua
orang yang mengasihi perbaktian kepada Allah dan menghargai berkat hadirat‑Nya
yang suci akan menyatakan Roh pengorbanan yang sama dalam menyediakan satu
rumah dimana Ia dapat bertemu dengan mereka. Mereka mau membawa kepada Tuhan
satu persembahan yang terbaik yang mereka miliki. Sebuah rumah yang dibangun
bagi Allah janganlah dibiarkan dalam keadaan berutang oleh karena dengan cara
itu Ia dihinakan. Satu jumlah yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan itu harus
diberikan dengan sukarela, agar pekerja‑pekerja itu dapat juga berkata, seperti
pembangun‑pembangun baitsuci itu, "Jangan bawa lagi persembahan."
Baitsuci
itu dibuat sedemikian rupa bentuknya sehingga itu dapat dipisah‑pisahkan bagian‑bagiannya
dan dapat dibawa oleh bangsa Israel dalam perjalanan mereka. Oleh sebab itu
ukurannya kecil, panjangnya tidak lebih dari lima puluh lima kaki, lebar dan
tingginya masing‑masing delapan belas kaki. Tetapi itu merupakan satu bangunan
yang megah. Kayu yang digunakan untuk bangunan ini dan perkakasnya adalah kayu
pohon penaga, yang lebih tahan terhadap kebusukan dibandingkan dengan kayu‑kayu
lain yang dapat diperoleh di Sinai. Dinding‑dindingnya terdiri dari papan yang
tegak lurus, yang didirikan di atas alas kakinya yang terbuat dari perak, dan
dikukuhkan oleh tiang‑tiang dan kayu‑kayu palang yang menghubungkan satu dengan
yang lainnya; dan semuanya ini harus dilapisi dengan mas, sehingga bangunan itu
akan kelihatan seperti seluruhnya terbuat dari mas. Atapnya dibuat dari empat
lapis kain, yang paling dalam terbuat dari "kain lenan halus yang dipintal
benangnya dan yang berwarna biru laut, ungu dan kirmizi; dengan ada kerubnya,
buatan ahli‑ahli tenun," ketiga lapisan lainnya berturut‑turut adalah yang
terbuat dari bulu kambing, dari kulit domba jantan yang diwarnai merah dan
kulit singa laut, yang disusun sedemikian rupa sehingga memberikan perlindungan
yang sempurna.
Bangunan
itu dibagi menjadi dua ruangan oleh sehelai tirai yang indah dan mahal yang
digantungkan kepada tiang‑tiang yang berlapis mas; dan satu tirai yang sama
menutup pintu masuk ke ruangan yang pertama. Semuanya ini, seperti penutup‑penutup
yang di bagian dalam yaitu langit‑langitnya, haruslah diberi corak warna yang
paling indah, biru ungu dan darah kirmizi, yang diatur dengan indah, dan juga
gambar‑gambar kerubium yang terbuat dari benang mas dianyamkan ke tirai itu
untuk menggambarkan bala tentara malaikat yang berhubungan dengan pekerjaan
baitsuci surga, dan yang juga merupakan Roh‑Roh yang melayani kepada umat Allah
di dunia ini.
Kemah
suci ini ditempatkan di atas satu lapangan yang terbuka yang disebut
halaman yang dikelilingi oleh helaian‑helaian
kain halus yang bergantung pada tiang tembaga. Pintu masuk ke halaman ini ada
di sebelah timur. Ini ditutupi oleh tirai‑tirai yang terbuat dari bahan‑bahan
yang mahal buatan orang ahli, sekalipun tidak seindah seperti yang ada di dalam
baitsuci itu. Oleh karena tinggi tirai‑tirai yang menutupi halaman baitsuci itu
hanya setengahnya saja daripada tinggi dinding‑dinding baitsuci, maka bangunan
baitsuci itu dengan jelas dapat dilihat oleh orang banyak dari luar. Di dalam
halaman baitsuci itu, dekat sekali dengan pintu masuk, terdapat mezbah korban
bakaran yang terbuat dari tembaga. Di atas mezbah ini dibakar segala korban‑korban
itu oleh api bagi Tuhan dan tanduknya dipercik oleh darah tebusan itu. Di
antara mezbah dan pintu baitsuci itu terdapat sebuah bejana kuningan yang
terbuat dari cermin yang telah diberikan oleh kaum wanita Israel sebagai
persembahan sukarela. Pada bejana ini imam‑imam harus membasuh tangan dan kaki
mereka apabila mereka masuk ke dalam ruangan‑ruangan yang suci itu, atau pergi
ke mezbah untuk mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan.
Di
dalam ruangan yang pertama, atau ruangan yang suci, terdapat meja roti sajian,
kaki dian dan mezbah pedupaan. Meja roti sajian ada di sebelah utara. Dengan
mahkota hiasannya meja ini dilapisi oleh mas murni. Di atas meja ini imam tiap
hari Sabat harus menaruh dua belas potong roti yang disusun dalam dua baris,
dan dipercik dengan kemenyan. Roti‑roti yang diambil dari meja ini oleh karena dianggap
suci harus dimakan oleh imam-imam. Di sebelah Selatan terdapat kaki dian yang
bercabang tujuh dengan Ketujuh lampunya. Cabang‑cabangnya dihiasi dengan bunga
yang dibuat dengan indah sekali menyerupai bunga badam dan seluruhnya terbuat
dari satu batang mas. Oleh karena baitsuci itu tidak berjendela maka lampu‑lampu
ini tidak pernah dipadamkan semuanya pada waktu yang sama, tetapi memancarkan
terangnya siang dan malam. Tepat di hadapan tirai yang memisahkan ruangan yang
suci dengan ruangan yang Mahasuci dan dekat sekali dengan hadirat Allah
terdapat mezbah pedupaan yang terbuat dari mas. Di atas mezbah ini imam harus
membakar kemenyan setiap pagi dan petang, tanduk‑tanduknya harus diolesi dengan
darah korban karena dosa, dan itu akan dipercik dengan darah pada hari Grafirat
yang besar. Api di atas mezbah ini dinyalakan oleh Allah sendiri dan dianggap
suci. Siang dan malam pedupaan yang suci ini menyebarkan bau yang harum
semerbak ke seluruh ruangan‑ruangan suci itu dan juga keluar, jauh di
sekeliling baitsuci itu.
Di
balik tirai yang di sebelah dalam itu terdapat ruangan yang Mahasuci suci,
dimana terpusat semua upacara penebusan dan pengantaraan yang bersifat simbolis
itu, dan yang menjadi mata rantai penghubung antara surga dan dunia. Di dalam
ruangan ini terdapat peti perjanjian, sebuah peti yang terbuat dari kayu
penaga, luar dan dalamnya dilapisi emas, dan di atasnya terdapat mahkota emas.
Itu dibuat untuk menjadi tempat menyimpan kedua loh batu, di atas mana Tuhan
sendiri telah menuliskan Hukum Sepuluh. Oleh sebab itu peti ini disebut peti
wasiat Allah atau peti perjanjian, oleh karena Hukum Sepuluh itu adalah dasar
daripada perjanjian yang diadakan antara Allah dan Israel.
Penutup
peti yang suci ini disebut tutupan pendamaian. Ini dibuat dari satu mas
batangan dan di atasnya terdapat kerub keemasan, masing‑masing berdiri di ujung‑ujungnya.
Satu sayap dari masing‑masingnya terjulur ke atas sementara sayap yang lain
terlipat pada tubuhnya (lihat Yehezkiel 1: 11) sebagai tanda hormat dan rendah
hati. Letak kerub ini, dengan muka yang saling berhadapan, dan memandang ke
bawah dengan penuh hormat kepada peti perjanjian itu, menggambarkan sikap
hormat oleh mana segenap penghuni surga memandang kepada hukum Allah dan
perhatian mereka di dalam rencana penebusan itu.
Di
atas tutupan pendamaian itu terdapat Shekinah, pernyataan daripada Hadirat
Ilahi; dan dari antara kerub ini Allah menyatakan kehendak‑Nya. Pesan‑pesan
Ilahi kadang‑kadang disampaikan kepada imam besar oleh satu suara dari awan.
Kadang‑kadang seberkas cahaya terpancar ke atas malaikat yang di sebelah kanan
yang mengartikan persetujuan atau penerimaan, atau segumpal awan turun ke atas
malaikat yang di sebelah kiri yang menyatakan tidak setuju atau penolakan.
Hukum
Allah yang disimpan di dalam peti itu adalah undang‑undang yang besar dari
kebenaran dan pehukuman. Hukum itu menuntut hukuman mati terhadap orang‑orang
yang melanggar; tetapi di atas hukum itu terdapat tutupan pendamaian, di atas
mana hadirat Allah dinyatakan dan dari mana, oleh jasa penebusan, keampunan
diberikan kepada orang berdosa yang bertobat. Dengan demikian, di dalam
pekerjaan Kristus bagi penebusan kita, yang dilambangkan oleh upacara‑upacara
baitsuci ini, "kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai
sejahtera akan bercium‑ciuman." Mazmur 85:11.
Tidak
ada bahasa yang dapat menggambarkan kemuliaan daripada pemandangan yang
ditampilkan di dalam baitsuci dinding‑dinding yang dilapisi emas memantulkan
terang dari kaki dian emas itu, warna‑warna yang cemerlang dari tirai‑tirai
yang dihias dengan megahnya dengan malaikat-malaikatnya yang berkilauan, meja
itu, mezbah pedupaan, yang berkilauan dengan mas; di balik tirai yang kedua,
tabut perjanjian itu dengan kerub yang mistik dan di atasnya Shekinah yang
suci, pernyataan hadirat Tuhan yang kelihatan; semuanya ini hanyalah merupakan
pantulan yang samar daripada kemuliaan baitsuci Allah yang di surga, pusat
pekerjaan penebusan manusia.
Satu
jangka waktu kurang lebih setengah tahun telah digunakan untuk mendirikan
baitsuci ini. Setelah selesai, Musa memeriksa semua pekerjaan pembangun‑pembangun
itu, sambil membandingkannya dengan pola yang ditunjukkan kepadanya di atas
gunung, dan dengan petunjuk‑petunjuk yang ia terima dari Allah.
"Sebagaimana yang Allah telah perintahkan, begitulah mereka telah
melaksanakannya: dan Musa pun memberkati mereka." Dengan perhatian yang
dalam bangsa Israel berhimpun di sekelilingnya untuk melihat bangunan yang suci
itu. Sementara mereka sedang merenung‑renungkan pemandangan itu dengan penuh
kepuasan yang disertai rasa hormat, tiang awan itu terbang ke atas baitsuci itu
dan kemudian turun menyelimutinya. "Dan kemuliaan Tuhan memenuhi baitsuci
itu." Keagungan Ilahi dinyatakan pada waktu itu, dan untuk sementara waktu
Musa sekali pun tidak dapat memasukinya. Dengan luapan perasaan yang dalam
bangsa itu melihat tanda bahwa pekerjaan tangan mereka itu telah diterima. Saat
itu tidak terdengar pernyataan kegembiraan yang ribut. Satu suasana khidmat
mencengkam semua orang. Tetapi kegembiraan hati mereka meluap dalam air mata
kesukaan, dan dengan suara yang rendah berbisik‑bisik mengucapkan syukur bahwa
Allah telah turun untuk tinggal bersama mereka.
Oleh
petunjuk Ilahi suku bangsa Lewi telah diasingkan untuk melayani upacara‑upacara
baitsuci. Pada zaman dulu setiap orang laki‑laki adalah imam rumah tangganya.
Pada zaman Abraham keimamatan dianggap sebagai hak sulung anak laki‑laki yang
tertua. Sekarang, gantinya anak sulung bangsa Israel itu, Tuhan menerima suku
Lewi untuk pekerjaan baitsuci. Oleh kehormatan yang nyata ini Ia menyatakan
persetujuan‑Nya terhadap kesetiaan mereka, baik dalam kesetiaan dalam
pelayanannya, dan juga dalam melaksanakan hukuman‑Nya pada waktu Israel murtad
di dalam penyembahan terhadap patung emas anak lembu itu.
Namun
demikian, keimamatan dibatasi kepada keluarga Harun saja. Harun dan anak
lelakinya saja yang diizinkan untuk melayani di hadapan Tuhan; suku‑suku yang
lainnya diberi tugas untuk mengawasi baitsuci dan perkakas‑perkakasnya, dan
mereka harus mendampingi imam‑imam di dalam pelayanan mereka, tetapi orang‑orang
Lewi ini tidak boleh mempersembahkan korban, membakar kemenyan, atau melihat
kepada benda‑benda yang suci itu sampai semuanya ditutupi.
Sesuai
dengan tugas mereka, satu jubah yang khusus telah ditentukan bagi imam‑imam
ini. "Haruslah engkau membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, sebagai
perhiasan kemuliaan," adalah perintah Ilahi kepada Musa. Jubah imam biasa
harus terbuat dari kain lenan putih dan yang ditenun jadi satu helai. Itu harus
menjulur hampir mengenai kakinya dan di dekat pinggangnya diikat oleh ikat
pinggang yang terbuat dari kain lenan putih yang dibubuhi dengan warna biru,
ungu dan merah. Satu serban yang terbuat dari kain lenan putih merupakan
pelengkap daripada pakaian luarnya. Musa di dekat belukar yang menyala itu
telah diperintahkan untuk membuka sepatunya, oleh karena tempat dimana ia
berdiri itu suci adanya. Demikian pula imam‑imam tidak boleh memasuki baitsuci
itu dengan kaki yang bersepatu. Debu yang melekat kepada sepatu itu akan
menajiskan tempat yang suci. Mereka harus meninggalkan sepatu itu di halaman
baitsuci sebelum memasukinya, dan juga harus membasuh tangan dan kaki mereka
sebelum melayani di dalam baitsuci atau pada mezbah korban bakaran. Dengan
demikian pelajaran senantiasa diajarkan bahwa segala kenajisan harus dibuangkan
dari mereka yang akan datang ke hadirat Allah.
Jubah
imam besar terbuat dari bahan yang mahal dan buatan orang yang ahli, sesuai
dengan kedudukannya yang tinggi. Sebagai tambahan kepada pakaian lenan imam
biasa, ia memakai satu jubah biru yang juga ditenun jadi satu helai.
Sekeliling
jubah itu dihiasi dengan giring‑giring emas dan buah delima yang berwarna biru,
ungu dan merah kirmizi. Di bagian luar jubah itu terdapat baju efod, satu jubah
yang lebih pendek terbuat dari emas, berwarna biru, ungu dan merah kirmizi. Dan
itu diikat oleh sebuah ikat pinggang yang sama warnanya dan dibuat dengan indah
sekali. Baju efod itu tidak berlengan, dan di atas sulaman emas di bagian
bahunya dilekatkan dua buah batu permata krisopras yang di atasnya terukir nama‑nama
daripada kedua belas suku bangsa Israel.
Di
atas efod itu terdapat tutup dada, yang paling suci di antara semua pakaian
keimamatan itu. Ini terbuat dari bahan yang sama seperti efod. Bentuknya empat
segi, panjangnya satu jengkal dan tergantung dari bahunya oleh seutas tali
berwarna biru yang diikatkan pada gelang‑gelang emas. Pinggirnya ditatah dengan
bermacam‑macam batu permata, sama dengan yang membentuk kedua belas dasar Kota
Allah. Pada tutup dada ini terdapat dua belas batu permata yang diikat oleh
mas, diatur dalam empat jajar dan, seperti batu‑batu permata yang ada di atas
bahunya, pada tiap‑tiap permata diukirkan nama masing‑masing suku bangsa itu.
Perintah Tuhan adalah, "Demikianlah di atas jantungnya harus dibawa Harun
nama para anak Israel pada tutup dada pernyataan keputusan itu, apabila ia
masuk ke dalam tempat kudus, supaya menjadi tanda peringatan yang tetap di
hadapan Tuhan." Keluaran 28:29. Demikian juga Kristus, Imam Besar yang
agung itu, yang menghadapkan darah‑Nya kepada Bapa demi orang berdosa, membawa
di atas jantung‑Nya nama‑nama setiap orang yang bertobat dan percaya. Kata
pemazmur, "Aku ini sengsara dan miskin, tetapi Tuhan memperhatikan
aku!" Mazmur 40:18.
Di
sebelah kanan dan kiri tutup dada itu terdapat dua batu permata yang besar dan
amat berkilauan. Batu‑batu itu dikenal dengan nama Urim dan Tumim. Oleh kedua
batu ini kehendak Allah diberitahukan melalui imam besar. Apabila pertanyaan‑pertanyaan
dikemukakan untuk memperoleh keputusan di hadapan Tuhan, seberkas cahaya yang
melingkari batu permata yang di sebelah kanan menandakan persetujuan Ilahi,
sedangkan segumpal awan yang menyelimuti batu yang di sebelah kiri adalah bukti
penyangkalan atau penolakan.
Tutup
kepala imam besar terdiri dari serban lenan putih, ke atasnya dilekatkan oleh
seutas tali yang berwarna biru, sebuah patam dari emas yang bertuliskan,
"Kesucian bagi Tuhan." Segala sesuatu yang berhubungan dengan
perhiasan dan pembawaan imam‑imam haruslah sedemikian rupa sehingga akan memberi
kesan orang‑orang yang melihatnya dengan satu perasaan akan kesucian Allah,
kesucian daripada perbaktian‑Nya, dan kesucian yang dituntut dari mereka yang
datang ke hadirat‑Nya.
Bukan
hanya baitsuci itu sendiri, tetapi juga pelayanan‑pelayanan imam‑imam, haruslah
"gambaran dan bayangan dari apa yang ada di surga." Ibrani 8:5.
Dengan demikian itu merupakan satu hal yang amat penting; dan Tuhan, melalui
Musa, telah memberikan petunjuk tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
upacara‑upacara simbolis ini. Upacara baitsuci itu terdiri dari dua bagian,
upacara harian dan upacara tahunan. Upacara harian dilaksanakan di mezbah
korban bakaran di halaman baitsuci dan di dalam ruangan yang suci; sedangkan
upacara tahunan diadakan di dalam ruangan yang Mahasuci suci.
Tidak
ada seorang pun dari antara manusia yang fana, kecuali imam besar itu, yang
boleh melihat ke ruangan yang Mahasuci suci baitsuci itu. Hanya sekali setahun
imam itu dapat masuk ke dalamnya, dan itupun setelah mengadakan persiapan yang
saksama dan khidmat. Dengan gemetar ia akan masuk untuk menghadap Allah, dan
dengan penuh hormat dan tenang orang banyak itu menunggu dia kembali, hati
mereka terangkat dalam doa yang sungguh memohon berkat Ilahi. Di hadapan
tutupan Grafirat itu imam besar mengadakan tebusan bagi Israel; dan di dalam
awan kemuliaan, Allah bertemu dengan dia. Tinggalnya dia di tempat itu apabila
melebihi waktu yang biasa akan menggentarkan hatinya, kalau-kalau oleh sebab
dosa mereka atau dosanya sendiri ia akan dibinasakan oleh kemuliaan Tuhan.
Upacara
harian terdiri dari upacara korban bakaran pagi dan petang, persembahan
kemenyan yang harum di atas mezbah keemasan dan persembahan khusus bagi dosa‑dosa
pribadi. Dan ada juga persembahan bagi hari‑hari Sabat, bulan baru dan hari‑hari
raya istimewa.
Setiap
pagi dan petang seekor anak domba yang berumur satu tahun dibakar di atas
mezbah, dagingnya dipersembahkan dengan sepatutnya, dengan demikian
melambangkan penyerahan harian dari bangsa itu kepada Tuhan, dan ketergantungan
mereka yang tetap kepada darah Kristus yang menebus. Allah dengan nyata
memerintahkan agar setiap korban yang dipersembahkan bagi upacara baitsuci
haruslah "tidak bercela." Keluaran 12:5. Imam‑imam harus memeriksa
semua binatang yang dibawa sebagai satu korban dan harus menolak binatang yang
ada cacatnya. Hanya satu korban yang "tanpa cacat cela" dapat menjadi
satu lambang daripada kesucian‑Nya yang sempurna yang akan menyerahkan diri‑Nya
sebagai "Anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." 1 Petrus
1:19. Rasul Paulus menunjuk kepada korban‑korban ini sebagai satu gambaran
tentang bagaimana seharusnya hidup pengikut‑pengikut Kristus itu. Ia berkata,
"Demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan
tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada
Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." Roma 12:1. Kita harus menyerahkan
diri kita kepada pelayanan akan Allah dan kita harus berusaha untuk menjadikan
persembahan itu sesempurna‑sempurnanya. Allah tidak merasa senang terhadap
segala sesuatu yang kurang dari yang terbaik yang dapat kita berikan. Mereka
yang mengasihi Dia dengan segenap hatinya akan mau memberikan kepada‑Nya
pelayanan hidup yang terbaik, dan mereka akan tetap berusaha untuk membawakan
hidupnya selaras dengan hukum‑hukum yang akan menambah kesanggupan mereka untuk
melakukan kehendak‑Nya.
Di
dalam mempersembahkan kemenyan imam dibawa kepada hubungan yang lebih dekat
lagi dengan hadirat Allah daripada dalam pekerjaan lainnya sehubungan dengan
upacara harian itu. Oleh karena tirai yang lebih ke dalam di baitsuci itu
tidaklah sampai ke langit‑langitnya, maka kemuliaan Allah, yang dinyatakan di
atas tutupan pendamaian itu, dapat terlihat sebagian dari ruangan yang pertama.
Bilamana imam itu mempersembahkan kemenyan di hadapan Tuhan, ia memandang
kepada peti perjanjian itu; dan apabila asap kemenyan itu naik, kemuliaan Ilahi
turun ke atas tutupan pendamaian dan memenuhi ruangan yang Mahasuci suci dan
sering memenuhi kedua ruangan itu sedemikian rupa sehingga imam itu diharuskan
mundur sampai ke pintu baitsuci. Sebagaimana di dalam upacara simbolis itu imam
memandang dengan iman kepada tutupan pendamaian yang tidak dapat dilihatnya,
demikian pula umat Allah sekarang harus mengangkat doa mereka kepada Kristus, Imam
Besar mereka yang agung, yang tidak terlihat kepada pandangan manusia, sedang
memohon demi untuk mereka di dalam baitsuci yang di surga.
Dupa
yang naik bersama‑sama dengan doa orang Israel, menggambarkan jasa dan
pengantaraan Kristus, kebenaran‑Nya yang sempurna, yang melalui iman dihisabkan
kepada umat‑Nya, yang olehnya saja dapat menjadikan perbaktian manusia yang
berdosa dapat berkenan di hadapan Allah. Di hadapan tirai ruangan yang Mahasuci
suci itu terdapat sebuah mezbah pengantaraan yang terus‑menerus. Oleh darah dan
kemenyan Allah harus didekati lambang‑lambang yang menunjuk kepada Pengantara
yang agung itu, melalui mana orang‑orang berdosa bisa datang dekat kepada
Tuhan, dan melalui Dia sendiri sajalah rahmat dan keselamatan dapat diberikan
kepada orang yang percaya dan bertobat.
Sementara
imam‑imam itu pada waktu pagi dan petang memasuki ruangan yang suci pada saat
mempersembahkan kemenyan, korban‑korban harian disiapkan untuk dipersembahkan
di atas mezbah yang terdapat di halaman baitsuci. Ini merupakan satu waktu yang
amat menarik kepada orang‑orang yang sedang berbakti yang berhimpun di
sekeliling baitsuci itu. Sebelum memasuki hadirat Allah melalui pekerjaan imam
itu, mereka harus lebih dulu memeriksa hati mereka dengan sungguh‑sungguh dan mengakui
dosa‑dosa. Mereka bersatu dalam doa dalam hati, dengan wajah mereka tertuju
kepada ruangan yang suci.
Dengan
demikian permohonan mereka naik bersama‑sama dengan asap dupa itu, sementara
iman mereka berpegang kepada jasa‑jasa Juruselamat yang dijanjikan itu yang
dilambangkan oleh korban penebusan. Jam‑jam yang ditetapkan untuk korban pagi
dan petang harus dianggap suci, dan semuanya itu harus dijaga sebagai waktu
yang telah ditetapkan bagi perbaktian di antara segenap bangsa Yahudi. Dan
apabila pada masa mendatang bangsa Yahudi dicerai‑beraikan sebagai orang‑orang
tawanan di negeri‑negeri yang jauh, mereka tetap pada jam yang ditentukan itu
memalingkan wajah mereka ke arah Yerusalem dan menghadapkan permohonan mereka
kepada Allah orang Israel. Dalam adat kebiasaan ini orang Kristen mempunyai
satu contoh untuk kebaktian pagi dan petang. Sementara Allah menghukumkan
upacara kebaktian yang sekadar rupa saja, tanpa Roh kebaktian, Ia memandang
dengan penuh kesukaan terhadap mereka yang mengasihi Dia, yang setiap pagi dan
petang mencari keampunan dosa‑dosa yang diperbuatnya, dan menghadapkan
permohonan mereka untuk memperoleh berkat‑berkat yang diperlukan.
Roti
sajian selalu diletakkan di hadapan Tuhan sebagai satu persembahan yang terus‑menerus.
Dengan demikian itu merupakan sebagian upacara harian. Itu disebut roti
pertunjukan, atau "roti kehadiran" oleh karena itu senantiasa ada di
hadapan wajah Tuhan. Itu merupakan satu pengakuan bahwa manusia bergantung
kepada Allah baik untuk makanan rohani atau pun jasmani, dan itu diterima
hanyalah melalui pengantaraan Kristus. Allah telah memberi makan Israel di
padang belantara dengan roti dari surga, dan mereka masih tetap bergantung
kepada kebajikan‑Nya, baik untuk makanan jasmani ataupun berkat‑berkat rohani.
Baik manna atau roti sajian itu menunjuk kepada Kristus, Roti hidup itu, yang
senantiasa berada di hadirat Allah demi kita. Ia sendiri berkata, "Akulah
Roti hidup yang telah turun dari surga." Yohanes 6:48‑51. Kemenyan
dibubuhkan ke atas roti itu. Apabila setiap Sabat roti itu diangkat, diganti
dengan roti yang baru, kemenyan itu dibakar di atas mezbah sebagai satu
peringatan di hadapan Allah.
Bagian
yang paling penting dari upacara harian itu adalah pekerjaan yang diadakan
untuk pribadi‑pribadi orang Israel. Orang berdosa yang bertobat membawa
persembahannya ke pintu baitsuci, dan sambil meletakkan tangannya ke atas
kepala korban itu, ia mengaku dosa‑dosanya, dengan demikian secara simbolis
memindahkan dosanya dari dirinya kepada korban yang tidak bersalah itu.
Kemudian oleh tangannya sendiri binatang itu disembelih, dan darahnya dibawa
oleh imam itu ke dalam ruangan yang suci, dan memercikkannya di hadapan tirai,
yang di bagian belakangnya terdapat peti yang berisi hukum yang telah dilanggar
oleh orang berdosa itu. Oleh upacara ini dosa, melalui darah itu, dipindahkan
secara simbolis kepada baitsuci. Di dalam beberapa masalah darah itu tidak
dibawa ke ruangan yang suci; tetapi dagingnya harus dimakan oleh imam itu,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Musa kepada anak‑anak Harun, sambil
berkata, "Tuhan memberikannya kepadamu, supaya kamu mengangkut kesalahan
umat itu." Imamat 10:17. Kedua upacara ini sama‑sama melambangkan
pemindahan dosa dari orang yang berdosa ke baitsuci.
Demikianlah
pekerjaan yang berlangsung hari demi hari sepanjang tahun. Dosa‑dosa orang
Israel dipindahkan ke baitsuci dengan cara demikian. sehingga ruangan yang suci
itu dinodai, dan satu pekerjaan yang khusus diperlukan untuk memindahkan dosa‑dosa
itu. Allah memerintahkan agar satu penebusan diadakan untuk masing‑masing
ruangan yang suci itu, demikian juga untuk mezbah itu, untuk "mentahirkan
serta menguduskannya dari segala kenajisan orang Israel." Imamat 16:19.
Sekali
setahun, pada Hari Pendamaian yang besar, imam itu memasuki ruangan yang
Mahasuci suci untuk membersihkan baitsuci. Pekerjaan yang dilaksanakan di
tempat itu melengkapkan pekerjaan yang telah diadakan sepanjang tahun.
Pada
hari Pendamaian dua ekor kambing dibawa ke pintu baitsuci dan kemudian ia
membuang undi atas kedua ekor kambing itu, "sebuah undi bagi Tuhan, sebuah
undi lagi bagi Azazel." Kambing yang untuk Tuhan harus disembelih sebagai
satu korban karena dosa orang banyak. Dan imam itu harus membawa darahnya
melalui tirai itu dan memercikkannya di atas tutupan pendamaian. "Dengan
demikian ia mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan
orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka.
Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara
mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka." Imamat 16:16.
"Dan
Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup
itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan orang Israel dan
segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan
semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian melepaskannya ke
padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap sedia untuk
itu." Imamat 16:21. Sebelum kambing itu dilepaskan ke gurun orang banyak
belum menganggap bahwa diri mereka telah bebas dari beban dosa mereka. Setiap
orang harus memeriksa diri sementara pekerjaan penebusan ini sedang
berlangsung. Segala urusan pekerjaan harus ditinggalkan dan seluruh perhimpunan
Israel harus menggunakan hari itu untuk merendahkan diri dengan penuh khidmat
di hadapan Allah, dengan disertai doa, puasa dan penyelidikan hati yang sungguh‑sungguh.
Kebenaran‑kebenaran
yang penting sehubungan dengan penebusan diajarkan kepada orang banyak melalui
upacara tahunan. Di dalam korban‑korban karena dosa yang dipersembahkan
sepanjang tahun, satu pengganti bagi dirinya telah diterima; tetapi darah
korban itu belum mengadakan penebusan yang sepenuhnya bagi dosa itu. Itu baru
menyediakan satu alat oleh mana dosa dipindahkan ke baitsuci. Oleh
mempersembahkan darah, orang berdosa mengakui wewenang hukum, mengakui
kesalahan pelanggarannya, dan menyatakan imannya kepada Dia yang harus
mengangkat dosa dunia ini; tetapi ia belum dibebaskan sama sekali dari tuntutan
hukum itu. Pada Hari Pendamaian, imam besar itu, setelah membawa korban bagi
perhimpunan itu, pergi ke ruangan yang Mahasuci dengan membawa darah dan
memercikkannya ke atas tutupan pendamaian, yang ada di atas loh batu hukum itu.
Dengan demikian tuntutan hukum itu, yang menuntut nyawa orang berdosa, telah
dipenuhi. Kemudian dalam peranannya sebagai pengantara, imam itu memindahkan
dosa itu kepada dirinya sendiri dan sambil meninggalkan baitsuci itu ia membawa
beban dosa Israel. Di pintu baitsuci ia meletakkan tangannya ke atas kepala
kambing yang hidup itu dan mengadakan pengakuan "segala kesalahan Israel
dan segala pelanggaran mereka, apa pun dosa mereka; ia harus menanggungkan
semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu." Dan apabila kambing yang
menanggung dosa ini dilepaskan ke gurun, dosa‑dosa itu tertanggung ke atas
dirinya dan untuk selama‑lamanya terpisah dari orang banyak itu. Demikianlah
pekerjaan yang dilakukan "untuk menjadi gambaran dan bayangan daripada apa
yang ada di surga." Ibrani 8:5.
Seperti
telah dikatakan, baitsuci yang ada di dunia ini didirikan oleh Musa sesuai
dengan pola yang ditunjukkan kepadanya di atas gunung. Itu adalah "kiasan
masa sekarang. Sesuai dengan itu dipersembahkan korban dan persembahan,"
kedua ruangan yang suci itu adalah "Lambang apa yang ada di surga;"
Kristus, Imam Besar kita, adalah "yang melayani ibadah di tempat kudus,
yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh
manusia." Ibrani 9:9, 23; 8:2. Apabila di dalam khayal rasul Yohanes diizinkan
untuk melihat ke dalam baitsuci Allah di surga, ia melihat di sana "tujuh
obor menyala-nyala di hadapan takhta itu." Ia melihat seorang malaikat
"dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan
untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas
mezbah emas di hadapan takhta itu." Wahyu 4:5; 8:3. Di sini nabi diizinkan
untuk melihat ruangan yang pertama dari baitsuci di surga; dan ia melihat di
sana "Ketujuh pelita itu" dan "mezbah emas" yang dilambangkan
oleh kaki dian emas dan mezbah pedupaan di dalam baitsuci di dunia. Kembali
"terbukalah Bait Suci Allah" (Wahyu 11:19), dan ia melihat ke dalam
tirai yang lebih ke dalam, yaitu kepada ruangan yang Mahasuci suci. Di sini ia
melihat "tabut Perjanjian-Nya" (Wahyu 11:19), yang dilambangkan oleh
peti yang suci yang diperbuat oleh Musa untuk menjadi tempat menyimpan hukum
Allah.
Musa
telah membuat baitsuci duniawi, "menurut contoh yang telah
dilihatnya." Paulus menyatakan bahwa "kemah dan semua alat untuk
ibadah," bilamana disempurnakan, merupakan "melambangkan apa yang ada
di surga." Kisah 7:44; Ibrani 9 :21, 23. Dan Yohanes menyatakan bahwa ia
melihat baitsuci di dalam surga. Baitsuci itu, dimana Yesus melayani demi kita,
adalah baitsuci yang aslinya, untuk mana baitsuci yang didirikan oleh Musa
merupakan satu gambaran."
Baitsuci
surga, tempat tinggalnya Raja atas segala raja, di mana "beribu‑ribu
melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa‑laksa berdiri di hadapan‑Nya"
(Daniel 7:10), baitsuci ini dipenuhi oleh kemuliaan takhta yang kekal, dimana
malaikat-malaikat penjaganya yang berkilau‑kilauan itu, menudungi wajah mereka
sebagai penghormatan--tidak ada bangunan di dunia ini yang dapat menggambarkan
kehebatan dan kemuliaannya. Namun demikian kebenaran‑kebenaran yang penting
sehubungan dengan baitsuci surga dan pekerjaan yang besar yang dilaksanakan di
sana untuk penebusan manusia diajarkan oleh baitsuci duniawi dan upacara‑upacaranya.
Setelah
kenaikan‑Nya, Juruselamat kita harus memulai pekerjaan‑Nya sebagai Imam Besar
kita. Paulus berkata, "Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus
buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya,
tetapi ke dalam surga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan
kita." Ibrani 9:24. Sebagaimana pelayanan Kristus terdiri atas dua bagian
besar, masing‑masing mengambil satu jangka waktu dan diadakan pada tempat yang
berbeda di dalam baitsuci surga, demikian juga pelayanan simbolis terdiri atas
dua bahagian, upacara harian dan upacara tahunan, dan untuk masing‑masing
upacara ini telah disediakan satu ruangan.
Sebagaimana
Kristus pada waktu kenaikan‑Nya tampil di hadapan Allah untuk menghadapkan
darah‑Nya untuk orang percaya yang bertobat, demikian juga imam itu di dalam
upacara harian memercikkan darah korban itu di tempat yang suci untuk orang
berdosa.
Darah
Kristus, sementara itu harus membebaskan orang berdosa yang bertobat dari
tuntutan hukum, itu tidaklah menghapuskan dosa; dosa akan tetap tercatat di
dalam baitsuci sampai penebusan yang terakhir; demikian juga di dalam upacara
simbolis darah korban karena dosa memindahkan dosa dari orang yang bertobat,
tetapi itu tetap ada di dalam baitsuci sampai kepada Hari Pendamaian.
Pada
hari yang besar itu dimana pahala yang terakhir diberikan, orang mati akan
"dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di
dalam kitab-kitab itu." Wahyu 20:12. Kemudian oleh jasa daripada darah
Kristus yang menebus, dosa‑dosa semua orang yang sungguh‑sungguh bertobat
dihapuskan dari buku‑buku surga. Dengan demikian baitsuci akan dibebaskan, atau
dibersihkan, dari catatan dosa. Di dalam upacara simbolis, pekerjaan penebusan
yang besar ini, atau penghapusan dosa itu, digambarkan oleh upacara‑upacara
yang diadakan pada Hari Pendamaian--pembersihan baitsuci duniawi, yang
dilaksanakan dengan memindahkan dosa yang telah mengotorinya, dengan
memindahkannya melalui darah korban karena dosa.
Sebagaimana
di dalam penebusan yang terakhir dosa‑dosa orang yang bertobat dengan sungguh‑sungguh
itu dihapuskan dari catatan surga, tidak akan lagi diingat atau terlintas
kepada pikiran, demikian juga di dalam upacara simbolis dosa‑dosa itu dibuang
ke gurun, terpisah dari perhimpunan itu untuk selama‑lamanya.
Oleh
karena Setan adalah makhluk yang memulai dosa, biang keladi segala dosa yang
telah menyebabkan kematian Anak Allah, maka keadilan menuntut agar Setan
menanggung hukuman yang terakhir. Pekerjaan Kristus untuk penebusan manusia dan
penyucian alam semesta dari dosa akan diakhiri oleh pemindahan dosa dari
baitsuci surga, dan meletakkan dosa‑dosa ini ke atas diri Setan, yang akan
menanggung hukuman yang terakhir. Demikian juga di dalam upacara simbolis itu,
upacara‑upacara yang berlangsung sepanjang tahun diakhiri oleh penyucian
baitsuci dan pengakuan dosa‑dosa di atas kepala Azazel.
Dengan
demikian di dalam upacara‑upacara baitsuci duniawi dan di dalam baitsuci yang
di surga, orang banyak itu diajar setiap hari tentang kebenaran‑kebenaran yang
agung sehubungan dengan kematian dan pelayanan Kristus, dan sekali setahun
pikiran mereka diarahkan kepada peristiwa‑peristiwa terakhir dari pertentangan
yang besar antara Kristus dan Setan, penyucian yang terakhir dari alam semesta
ini dari dosa dan orang‑orang yang berdosa.
|
Kisah Para Rasul 4:12 “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." E-mail: puteragembala_pg1@yahoo.co.id
Minggu, 24 November 2013
Mengenai persembahan khusus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar