Mendongeng
kepada anak-anak sebelum mereka tidur kelihatannya sudah mentradisi dalam
kehidupan kita. Termasuk kita adalah “korban” dari cerita-cerita dongeng yang
ditanamkan ke dalam benak kita oleh orangtua kita tanpa rasa bersalah, tanpa
pengetahuan akan dampaknya dikemudian hari ketika anak-anak itu dewasa dimana
otak kita sudah “bersahabat” sekali dengan cerita-cerita konyol;
ataupun
sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada
putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib
hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman.
|
|
Tetapi
jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu
beribadah.
|
|
Mereka
akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.
|
Alkitab
dengan jelas memberitahukan bahwa dampak dari menerima dongeng adalah penolakan
terhadap kebenaran, dan itu nyata sekali ketika saya berbicara tentang
kebenaran hari Sabat, YESUS bukan ALLAH, rambut YESUS itu tidak mungkin
panjang, Natal itu tidak ada di Alkitab, dan lain-lain, terjadi penolakan yang
keras. Mereka lebih suka menerima cerita-cerita yang diluar Alkitab. Justru
orang yang berbicara secara Alkitab ditudingnya sebagai bidaah sesat!
Nah, apakah
kita yang saat ini telah menjadi orangtua masih hendak menanamkan cerita-cerita
dongeng kepada anak-anak kita? Mengapa bukan cerita tentang tokoh-tokoh Alkitab
yang diceritakan ke anak-anak kita?!