Sejak zaman penjajahan, bangsa penjajah memberikan perlakuan yang
berbeda terhadap penduduk pribumi dan nonpribumi. Untuk etnis China
diijinkan berdagang, sementara untuk etnis pribumi secara sengaja
dibentuk sebagai bangsa pekerja - karyawan/budak. Dan itu tampak jelas
sekarang ini di mana kita mempunyai 2 pertanyaan sapaan untuk 2 etnis
yang berbeda. Jika kita bertemu dengan orang pribumi, pertanyaan kita
pastilah: "Anda bekerja di mana?" Tapi kalau kita bertemu dengan orang
China, pertanyaan kita pasti berbeda: "Anda usaha di bidang apa?"
Apa pekerjaan anda? dan Apa usaha anda?
Jika
pribumi kuliah tinggi-tinggi hanya untuk melamar pekerjaan, tapi
orang-orang China bahkan tanpa kuliah langsung menjadi pengusaha.
Pribumi harus antri berderet-deret untuk mendapatkan pekerjaan, tapi
orang China berinisiatif berwiraswasta. Biarpun modal kecil, hanya
membuka sebuah toko kecil, namun dia adalah majikan. Sementara anda,
biarpun bergelar ini-itu, namun anda hanyalah karyawan.
Jika
majikan tidak menerima perintah, karyawan diperintah. Jika majikan tak
ada yang memarahi, karyawan harus sabar untuk dimarahi setiap hari. Jika
majikan terlambat membuka tokonya tak apa-apa, karyawan yang terlambat
akan dipotong gajinya. Jika majikan penghasilan tak terbatas, karyawan
terbatas. Jika majikan tak pintar tak apa-apa, tapi karyawan harus
pintar. Karyawan syaratnya ijasah. Jika majikan mengangkat dirinya
sendiri sebagai majikan, karyawan bergantung pada majikannya. Jika
majikan bisa memulai kerjanya setiap saat, karyawan menunggu lamarannya
diterima.
Pribumi yang lahir dari orangtua
berada[kaya] akan dibentuk oleh orangtuanya untuk menjadi karyawan. Tapi
pribumi yang lahir dari orangtua miskin, keadaan ekonomi tak
memungkinkan untuk menurunkan ilmu karyawan kepada anak-anaknya. Karena
itu anak-anak dari keluarga miskin terbebas dari doktrin karyawan yang
ditanamkan secara turun-temurun. Mereka menjadi anak-anak yang bebas dan
terlatih untuk hidup mengandalkan apa yang ada pada dirinya sendiri.
Dari mereka inilah lahirnya pengusaha-pengusaha pribumi. Jika anda
telusuri riwayat hidup mereka, pasti anda akan mendapatkan bahwa mereka
berasal dari keluarga miskin.
Akibat doktrin karyawan
inilah yang menjadi salah satu faktor tingginya angka pengangguran di
negeri ini. Sebab setelah lulus sekolah/kuliah yang ditunggu adalah
lowongan pekerjaan. Jika belum ada lowongan kerja, ya ditunggu. Sampai
kapanpun akan ditunggu dalam status menganggur, tanpa inisiatif untuk
mencoba menciptakan lapangan pekerjaan yang minimal bagi dirinya
sendiri. Suatu waktu yang sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk sesuatu
yang bermanfaat, disia-siakan begitu saja, seolah-olah memang harus
begitu[menganggur].
Nah, saya mau anda menyadari bahwa
doktrin karyawan itu amat merugikan diri anda sendiri. Karena itu anda
harus berusaha keras untuk keluar dari pengaruh pemikiran yang tidak
benar itu. Sekalipun menjadi pengusaha itu belum tentu berhasil, tapi
lebih pasti tak berhasilnya jika anda berdiam diri saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar