Sejak semula ALLAH mendasarkan
tindakanNYA pada perjanjian. Di Taman Eden, perjanjian yang dibuat
ALLAH dengan Adam dan Hawa adalah: mereka diperbolehkan memakan buah
apa saja kecuali buah pengetahuan yang baik dan yang jahat. Jika
melanggar maka mereka akan mati.
Dengan Nuh ketika ALLAH menghukum
manusia dengan air bah, dengan Abraham, dengan bangsa Israel, bahkan
dengan umat Kristen melalui Perjanjian Baru yang dimeteraikan dengan
darah YESUS.
Mengapa Perjanjian? Perjanjian adalah
kesepakatan yang dibuat oleh dua belah pihak;
“Perjanjian atau kontrak adalah
suatu peristiwa di mana seorang atau satu pihak berjanji kepada
seorang atau pihak lain atau di mana dua orang atau dua pihak itu
saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal (Pasal 1313 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata Indonesia).
Oleh karenanya, perjanjian itu berlaku sebagai
suatu undang-undang bagi
pihak yang saling mengikatkan diri, serta mengakibatkan timbulnya
suatu hubungan antara dua orang atau dua pihak tersebut yang
dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan
antara dua orang atau dua pihak yang membuatnya. Dalam bentuknya,
perjanjian itu berupa suatu rangakaian perkataan yang mengandung
janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.”
Di Perjanjian Lama, seluruh isi
perjanjian ALLAH dengan bangsa Israel yang dikenal sebagai Taurat
Musa, ALLAH perintahkan supaya disimpan ke dalam sebuah peti
perjanjian atau Tabut Perjanjian, supaya dengan hukum-hukum Taurat
itu ALLAH menghakimi bangsa Israel.
Semua perjanjian yang ALLAH buat
dengan manusia, dibuat berdasarkan inisiatif dari ALLAH, bukan oleh
inisiatif manusia. ALLAH menjanjikan sesuatu kepada suatu bangsa dan
bangsa itu harus menuruti segala perintah ALLAH. Baik Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru, seluruhnya ditujukan untuk bangsa Yahudi.
Perjanjian Lama mengikat bangsa Yahudi “kulit” - lahiriah,
berdasarkan keturunan Abraham, Perjanjian Baru mengikat bangsa Yahudi
“rohani”, yakni siapa saja yang percaya kepada YESUS KRISTUS.
Sebenarnya apakah untungnya suatu
perjanjian? Untungnya adalah adanya ikatan bagi kedua belah pihak
untuk sama-sama menepati isi perjanjian itu. Ada sesuatu yang
dijadikan pengharapan. Coba seandainya tidak ada perjanjian;
>> Bagaimana terjadi pertemuan
jika tanpa janji kapan dan di mana ketemunya?
>> Siapa yang mau berpacaran
terus tanpa janji untuk menuju perkawinan?
>> Siapa yang mau memberikan
pinjaman uang tanpa janji pembayarannya yang jelas?
>> Siapa yang mau memilih Jokowi
menjadi presiden jika Jokowi tidak menjanjikan sesuatu untuk
pemilihnya?
>> Terhadap anak saja kita
sering membuat janji: “Kalau kamu ranking satu, papa belikan
sepeda.”
Bagaimana dengan agama-agama Islam,
Hindu, Buddha dan lain-lainnya yang hubungan antara “tuhan”
dengan umatnya tanpa adanya ikatan perjanjian? Sebenarnya ada
perjanjiannya tapi tidak ada tanda meterainya. Kalau akta perjanjian
yang tidak dikasih meterai, itu tidak sah. Tidak bisa dijadikan
gugat-menggugat ke pengadilan, sebab “meterai” adalah tanda
kesaksian pengadilan ketika dua pihak mengadakan perjanjian.
“Perjanjian” di Islam antara ALLAH
dengan umatNYA, misalnya: jika sholat 5 waktu maka ALLAH akan memberi
mereka pahala dan 77 bidadari. Namun sayangnya perjanjian demikian
itu tidak disahkan dengan meterai.
Kalau di Perjanjian Lama, perjanjian
itu dimeteraikan dengan darah domba dan sunat, Perjanjian Baru
dimeteraikan dengan darah YESUS;
Demikian
juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata:"Cawan
ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi
kamu. |
Tentang hal ini Al Qur'an mengatakan;
QS. 19:21
“Demikianlah.”
Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagiKu; dan agar dapat
Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari
Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan”
Menurut
Al Qur'an YESUS adalah “TANDA” bagi manusia – YESUS adalah
meterai dari ALLAH bagi manusia. YESUS adalah IMANUEL – lambang
kehadiran ALLAH di antara manusia, sehingga barangsiapa yang melihat
YESUS sama seperti melihat ALLAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar