Patut untuk mencurigai, bahwa Indonesia sebenarnya mengalami
nasib yang tak jauh berbeda dengan Amerika Serikat (AS), yakni sudah
dicengkeram dengan erat oleh Yahudi melalui Freemasonry dan gerakan Zionis
Yahudi Internasionalnya. Hanya saja, jika AS dijadikan sebagai basis pergerakannya
untuk menguasai dunia, sehingga negara itu dijadikan yang terhebat, bahkan
sangat berpengaruh, Indonesia sebaliknya.
Karena Indonesia hanya satu dari begitu banyak negara di dunia yang
mungkin saja hanya dijadikan sebagai lumbung untuk mendapatkan income
sebanyak-banyaknya, sehingga dimunkinkan menyimpan bibit manusia unggul sebagai
delegasinya dalam di setiap negara
jajahan yang hendak merdeka…maka seperti inilah yang kita alami sekarang; tidak
maju-maju, bahkan terpuruk akibat berbagai persoalan yang datang silih
berganti, seperti tak ada habisnya, namun tak mampu diselesaikan hingga tuntas
oleh pemerintah. Kasus Freeport
merupakan salah satu kasus yang memilukan, karena meski cadangan tembaga yang
terkandung di bumi Tembagapura merupakan ketiga terbesar di dunia, dan cadangan
emasnya merupakan yang terbesar di dunia, kita nyaris tidak menikmatinya sama
sekali, mengingat saham pemerintah hanya 9,32%!
Anda yang belum tahu mungkin terkejut, karena the founding
father kita, Soekarno, ternyata juga seorang keturunan Yahudi. Mengutip dari
Dr. Abdullah Tal, seorang peneliti muslim yang menulis artikel berjudul “Al
Af’al Yahudiyah Fi Ma’aqalil Islami’ yang diterbitkan Al Maktab Al-Islamy,
sebuah media terbitan Beirut, Herry Nurdi dalam buku “Jejak Freemason dan
Zionis di Indonesia” menyebut kalau Soekarno adalah keturunan Yahudi dari suku
Dunamah, salah satu suku Yahudi yang bermukim di Turki. Karena itu, Abdullah Tal tak heran ketika
Soekarno masih menjadi presiden, dia menerima komunis sebagai orientasi
pembangunan negara dengan doktrin Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis), dan
tak heran pula jika Soekarno memenjarakan sekian banyak kawan seperjuangannya
yang berasal dari kalangan Islam, seperti Muhammad Natsir, Dr. Sjahrir,
Burhanuddin Harahap, Mohammad Roem, dan lain sebagainya, serta membubarkan
Masyumi.
Sayangnya, Herry
tidak mendapatkan sumber pasti tentang silsilah Soekarno, namun berhasil
mendapatkan data kalau ayahanda Soekarno merupakan seorang anggota Perkumpulan
Theosofi di Surabaya. Karena status ayahandanya inilah Soekarno dapat dengan
bebas memasuki perpustakaan Perhimpunan Theosofi di Surabaya, dan membaca
koleksi buku-buku di situ. Tentang hal ini, Soekarno pernah berkata ; “Kami
mempunyai sebuah perpustakaan yang besar di kota ini (Surabaya) yang
diselenggarakan oleh perkumpulan Theosofi. Bapakku seorang Theosof, karena itu
aku boleh memasuki peti harta ini, dimana tidak ada batasnya buat seorang yang
miskin. Aku menyelam lama sekali di dalam dunia kebatinan ini. Dan di sana aku bertemu
dengan orang-orang besar. Buah fikiran mereka menjadi buah fikiranku. Cita-cita
mereka adalah pendirian dasarku …”
Dasar negara
Indonesia, Pancasila, termasuk salah satu hasil pemikiran Soekarno yang
disampaikan dalam sidang BPUPKI. Ketika pertama kali disampaikan, kelima dasar
tersebut adalah kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau perikemanusiaan,
mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan. Ketika menjabarkan
tentang nasionalisme dan internasionalisme, Soekarno mengatakan begini ; “Saya
mengaku, pada waktu saya berumur 16 tahun, duduk di bangku sekolah H.B.S di
Surabaya, saya dipengaruhi seorang sosialis bernama A. Baars, yang memberi
pelajaran kepada saya. Katanya, jangan berfaham kebangsaan, tetapi berfahamlah
rasa kemanusiaan sedunia. Jangan mempunyai rasa kebangsaan sedikit pun. Itu
terjadi pada tahun 17. Tetapi pada tahun 18, alhamdulillah, ada orang lain yang
memperingati saya, ialah Dr. Sun Yat Sen! di dalam tulisannya, “San Min Chu I”
atau “The Three People’s Principles”, saya mendapatkan pelajaran yang
membongkar kosmopolitanisme yang diajarkan A. Baars itu. Dalam hati saya sejak
itu tertanamlah rasa kebangsaan oleh pengaruh “The Three People’s Principles”.
Maka oleh karena itu, jikalau seluruh bangsa Tionghoa menganggap Dr. Sun Yat
Sen sebagai penganjurnya, yakinlah, bahwa Bung Karno juga seorang Indonesia
yang dengan perasaan hormat sehormat-hormatnya merasa berterima kasih kepada
Dr. Sun Yat Sen, sampai masuk liang kubur”.
A Baars, menurut Herry Nurdi, berdasarkan penjelasan
Soekarno sendiri, adalah seorang penganjur Marxis dan termasuk orang yang
kemudian menumbuhkan benih komunisme di Indonesia. Bahkan dia menjadi anggota
Partai Komunis Indonesia yang didirikan Semaun dan Darsono. Sedang Dr. Sun Yat
Sen adalah tokoh Revolusi Tiongkok dan pendiri Partai Kuomintang. Besar
kemungkinan Sun Yat Sen juga seorang Freemasonry Cina yang pada 1912 mendirikan
Tiongkok Merdeka, karena seperti yang mungkin juga telah Anda ketahui, bahwa
teori komunisme, marxisme, dan sosialisme, dicetuskan oleh Karl Marx, seorang
pemikir Yahudi pada abad 18. Dengan komunisme lah, serta dukungan Freemasonry,
Lenin berhasil menggulingkan kaisar Rusia, Tsar Nicholas II, melalui revolusi
pada Oktober 1917. Yahudi menciptakan komunis untuk menjauhkan manusia dari
agama.
Seorang ilmuwan
lulusan Madina University, Abdullah Pattani, pernah secara khusus menelaah lima
dasar yang dicetuskan Soekarno, dan menuliskannya menjadi sebuah artikel
berjudul ‘Freemasonry di Asia Tenggara’ yang dipublikasikan oleh Madinah
Al-Munawarah. Dalam artikel tersebut dinyatakan, bahwa ada kemiripan antara
lima dasar tersebut dengan dasar-dasar yang digunakan Zionis sebagai ladasan
gerakannya, dan konsep Sun Yat Sen, karena dasar-dasar gerakan Yahudi adalah
internasionalisme, nasionalisme, sosialisme, monotheisme cultural, dan
demokrasi. Sedang konsep Sun Yat Sen adalah mintsu (nasionalisme), min chuan
(demokrasi), dan min sheng (sosialisme). Soekarno sendiri pernah memeras kelima
dasar yang dicetuskannya hingga menjadi tiga dasar yang dikenal dengan istilah
trisila, yakni sosio nasionalisme atau kebangsaan dan prikemanusiaan, sosio
demokrasi yang mencakup demokrasi dan kesejahteraan nasional, dan ketuhanan.
Bahkan trisila tersebut pernah diperas lagi hingga hanya menjadi satu sila,
yakni gotong royong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar